Ia bergabung dalam tim Supercar Forza GT3 Indonesia bersama Freddy Setiawan dan Johnson Yaptonaga ini pun menyebut bahwa supercar butuh perlakukan khusus, terutama karena tenaganya yang cukup horor alias lebih besar dibanding mobil biasa.
- Konsisten
Dedy sendiri mengakui bahwa gayanya menyetir bisa membawa prestasi. Ironisnya, cara menyetir gas pol bukanlah kuncinya. "Style saya itu ngedrivenya lebih alus bawanya, tapi lebih konsisten, enggak naik turun. Jadi kita enggak perlu braking yang terlalu keras saat di ujung," bebernya.
Karena konsisten itu pula, catatan waktu yang ia raih dalam balapan pun juga konsisten naik.
- Ban "keras kepala"
Satu yang juga menjadi wanti-wantinya adalah ban. Pasalnya, satu keuntungan lain dari gaya menyetir secara konsisten adalah ban tidak cepat panas. Jika demikian, ban tidak lantas selip. Pasalnya, supercar yang notabene bertenaga besar itu sendiri cukup
membuat ban yang merupakan tipe slick tyre menjadi "keras kepala". Kemudi tidak akan mudah dikoreksi atau diatur-atur dengan mengurangi belokan atau mempertajam belokan karena sekali ambil tikungan, maka sudut itu saja yang bisa dipertahankan.
"Apalagi ini kan slick tyre, kita enggak bisa koreksi. Sekali begini (belok--kalau lewat, bisa hilang dari lintasan). Kalau groove tyre kan bisa dikoreksi, bisa balik lagi," ulasnya.
- Prediksi lintasan
Beda lintasan, beda penanganan. Bukan menghindari bentuk lintasan yang banyak belokan. Namun itu justru menjadi tantangan tersendiri. "Jadi (saat belok dan akselerasi) benar-benar harus bisa bisa maintain. Apalagi kalau di Sepang, itu kan 5 km. (Lintasan lurus) high speed, lalu high speed lagi, lalu curve (lengkungan untuk belokan tidak tajam). Jadi harus benar-benar harus pas. Nyetirnya harus pas, remnya juga enggak boleh terlambat," paparnya.
- Tiga poin diperhatikan, jangan main ngegas
Dari sekian poin fokus, ada tiga hal di antaranya yang menjadi bagian inti dari pengendalian atau kontrol terhadap supercar. Ketiganya adalah titik pengereman downshift (gigi turun) dan meteran atau spidometer sebelum ambil belokan.
"Kalau nge-gas, ya karena mobil ini kan berhorse-power besar, jadi ya ketika kita keluar dari tikungan kita enggak boleh langsung ngegas. Jadi benar-benar harus sudah lurus baru kita tekan gas," urainya.
Meski demikian, kita tidak boleh kehilangan momentum. "Kadang-kadang saat nunggu lurus kita bisa kehilangan momentum. Nah, di sini kita jangan sampai kehilangan. Pas masuk, keluarnya juga harus pas," ujarnya mengingatkan untuk memanfaatkan tenaga sekaligus mengaturnya dan jangan terlena saat menunggu posisi supercar lurus dan bisa digas.
- Skill yang diasah, siap kendalikan mobil
Menurut Dedy, pada dasarnya supercar memiliki kemampuan yang mencukupi. Dengan demikian, pada dasarnya skill perlu diasah. "(Supercar di ajang ini) hanya main suspensi, chamber. Derajatnya (tekukan chamber) tergantung mekanik. Mengikuti gaya pembalap dan track. Yang penting skill-nya," aku Dedy.
Kecepatan mobil tidak berpengaruh? Sebenarnya lebih ke skill. "Meski mobil sama, satu mobil, tapi kalau yang nyetir beda skill kan ada perbedaan banyak. Karena mobil pada dasarnya semua sama kan," tekannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar